Pengembangan AI untuk Keselamatan Berkendara

Kecerdasan buatan di dunia otomotif identik dengan kendaraan otonom atau swakemudi yang dikembangkan sejumlah perusahaan di dunia. Kecerdasan buatan menjadi pendukung yang penting dalam keselamatan berkendara.

Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mendorong kemajuan besar pada perkembangan industri otomotif. Lebih dari sekadar menggantikan peran manusia sebagai pengendara, AI dikembangkan demi meningkatkan keselamatan berkendara.

Pada kendaraan, kecerdasan buatan bisa digunakan dalam sistem kontrol sederhana. Di kendaraan listrik yang tengah berkembang saat ini, misalnya, AI umumnya dipakai untuk sistem manajemen baterai (battery management system/BMS) dan unit kontrol kendaraan (vehicle control unit/VCU).

Bambang Riyanto Trilaksono sebagai salah satu Peneliti Pusat Artificial Intelligence (AI) STEI ITB, menyatakan, teknologi AI bisa menggantikan pekerjaan yang bersifat rutin, berulang, dan relatif sederhana untuk dirumuskan. Prinsip ini bisa diterapkan di banyak bidang pekerjaan.

”Kecerdasan buatan bisa mengambil alih pekerjaan dari yang sifatnya rendah, yang tidak perlu kognitif tinggi,” kata Bambang di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (2/3/2023).

Pada BMS dan VCU, sistem AI yang diatur dalam semikonduktor atau cip menjadi komponen penting dalam kendaraan listrik, selain baterai. Sistem akan membantu pengguna kendaraan mengetahui berbagai informasi, antara lain visualisasi penggunaan baterai, peringatan pengisian daya, dan memonitor suhu pada baterai. Dalam hal tersebut, Bambang Riyanto Trilaksono  tengah mengembangkan kendaraan listrik roda tiga E-Trike dan bus listrik E-Bus bersama dengan National Center for Sustainable Transportation Technology (NCSTT) ITB dan PT Allied Harvest Indonesia

Mobil listrik menjadi salah satu inovasi di industri kendaraan bermotor. 

Kendaraan swakemudi

Secara lebih luas, AI kini mendukung pengembangan kendaraan swakemudi. Kendaraan dapat bergerak sendiri karena dilengkapi sistem kendali yang terdiri atas berbagai sensor, seperti computer vision dan sensor fusion. Keberadaan sensor itu mampu menangkap gambar dan video lalu lintas di sekitar lingkungan mobil sebagai referensi bergerak.

Gagasannya, AI bisa mengganti sopir yang bisa lelah, sakit, bisa terdistraksi atau tanpa konsentrasi yang baik, yang sering kali bisa menimbulkan kecelakaan. (Bambang Riyanto Trilaksono )

Kendaraan swakemudi juga dilengkapi sistem navigasi canggih yang secara otomatis dapat mengatur pemilihan rute yang efisien ke lokasi tujuan. Seluruh sistem kemudi dasar, mulai dari gas, kendali setir, hingga pengereman, dapat dilakukan secara sistematik dan otomatis oleh teknologi electronic control unit (ECU).

Peneliti Pusat Artificial Intelligence (AI) Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Riyanto Trilaksono  (kiri), dalam pertemuan di Univesitas Sains Malaysia, Pulau Pinang, Malaysia, Kamis (2/3/2023). STEI ITB bersama PT Allied Harvest Indonesia tengah menjalin kerja sama pembuatan cip di Malaysia untuk kendaraan listrik yang akan dikomersialkan di Indonesia.

Berdasarkan penelitian Bambang pada kereta swakemudi, AI di kendaraan dapat diterapkan pada dua hal. AI dapat membantu masinis lebih waspada dengan terjadinya kecelakaan, atau keseluruhan menggantikan sepenuhnya peran masinis dengan sistem kontrol kecerdasan buatan.

”Gagasannya, AI bisa mengganti sopir yang bisa lelah, sakit, bisa terdistraksi atau tanpa konsentrasi yang baik, yang sering kali bisa menimbulkan kecelakaan,” kata dosen STEI ITB.

Teknologi ini pun sudah hadir di Indonesia. Model kereta swakemudi, misalnya, hadir dalam teknologi Communication-Based Train Control (CBTC) dan sistem Grade of Automation (GoA) level 3 di LRT Jabodebek yang memungkinkan LRT Jabodebek dioperasikan tanpa masinis.

”Harapannya dengan menggunakan teknologi AI, mobil otonom (swakemudi) bisa meningkatkan keselamatan,” pungkas Bambang Riyanto Trilaksono.

(Sumber: https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2023/03/05/kecerdasan-buatan-tingkatkan-keselamatan-berkendara)