Perpaduan Fashion, Teknologi dan Mesin: Perpustakaan ITB Gelar “Night of The Wearable Technology Presentation”
BANDUNG,itb.ac.id – Dalam rangka kegiatan Women STEAMpowerment Series (Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics), American Corner Institut Teknologi Bandung (ITB) mengundang seorang Technofashion Designer, Amelinda Alysia Anette, lulusan sarjana kriya FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB. Ia yang juga sedang melanjutkan studinya di magister FSRD ITB ini menyampaikan karya miliknya ketika menempuh sebagai mahasiswa sarjana. Proyek ini dikerjakan bersama rekannya dari STEI, yaitu Yuswa (EL’12).
Hari Jumat, (23/03/2018), bertempat di Ruang Serbaguna Perpustakaan Pusat ITB lantai 1, Women STEAMpowerment kali ini bertajuk “Night of The Wearable Technology Presentation”. Peserta yang hadir berasal dari latar belakang studi yang berbeda-beda. Termasuk diantaranya perwakilan dua orang siswa tata busana Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 9 Bandung beserta dua guru pembimbing.
Acara dimulai dengan sambutan dari Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Perpustakaan ITB, Dr.Eng.Yuli Setyo Indartono, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Kepala UPT Perpustakaan, yaitu Lusia Marliana Nurani, Ph.D. “Ide menggabungkan fashion dengan teknologi merupakan ide yang sangat cemerlang karena zaman sekarang manusia memang sangat familiar dengan teknologi di kehidupan sehari-hari dan kebetulan sekali karya pertama Amel ini menggunakan konsep ‘When Fashion Meets Technology’,” ujar Yuli Setyo Indartono.
Terinspirasi dari adanya kemungkinan keterkaitan antara fashion dengan mesin, memicu Amelinda Alysia Anette, atau yang akrab disapa Amel, untuk membuat sebuah karya yang sangat unik semasa dirinya menjadi mahasiswa sarjana. Karya pertama Amel ini merupakan bentuk nyata sebuah kolaborasi antara fashion, desain, dan teknologi. Bekerja sama dengan rekannya dari STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) ITB, Amel menciptakan sebuah gaun yang dapat menyala dengan bantuan lampu LED dan aliran listrik dari sebuah baterai. “Proses pembuatan gaun ini cukup sulit, karena harus menggunakan kain khusus yang bernama Tyvek dan proses penyambungan LED dengan kain pun membutuhkan benang khusus dengan bahan dasar perak yang tidak di produksi di Indonesia,” ungkap Amel.
Selain gaun, Amel membuat sebuah pakaian casual yang dapat mendeteksi detak jantung. Kedua karya Amel ini sama-sama menggunakan bantuan listrik dan LED. Namun perbedaannya terletak pada kemudahan penyimpanan dan perawatan. Karya yang kedua yaitu pakaian casual dilengkapi dengan fitur LED, yang dapat di bongkar pasang, sehingga dapat dicuci menggunakan mesin cuci dan dilipat di lemari. Sedangkan karyanya yang pertama tidak dapat dibongkar pasang, sehingga hanya bisa di lap dan penyimpanannya pun disediakan kotak kayu khusus.
Proyek Amel lainnya yang sedang dikembangkan saat ini yaitu membuat sebuah tas yang terinspirasi oleh gaya era tahun 60-an yang unik, namun tetap nyaman di gunakan. Dibalik karya-karya Amel, baik yang telah maupun yang akan dijalani, Amel ternyata mempunyai sebuah brand pribadi di bidang clothing yang dinamakan “Senyawa”. “Clothing ini cukup unik karena warna-warnanya dihasilkan dari reaksi logam,” ujar Amel.
Karya Amel menunjukkan bahwa teknologi dan mesin dapat dipadukan dengan fashion dan kesenian apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Di penghujung acara, para peserta dipersilakan untuk melihat detail gaun dan pakaian casual karya Amel dari dekat. Acara ditutup dengan sesi pertanyaan dan dilanjutkan dengan sesi berfoto bersama.
Penulis: Qinthara Silmi Faizal (TPB SBM 2017)
Foto: Dokumentasi pribadi
via itb.ac.id