Enter your keyword

Mahasiswa STEI ITB Raih Juara 1 dan 2 dalam Ajang SEA Quantathon 2025

Mahasiswa STEI ITB Raih Juara 1 dan 2 dalam Ajang SEA Quantathon 2025

Mahasiswa STEI ITB Raih Juara 1 dan 2 dalam Ajang SEA Quantathon 2025

Bandung, stei.itb.ac.id – Tiga mahasiswa dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih juara pertama dalam ajang SEA Quantathon 2025, sebuah kompetisi Quantum Hackathon tingkat Asia Tenggara yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Quantum Technology Research Initiative Consortium (QTRic) Thailand dan Open Quantum Institute (OQI).

Pendaftaran dilaksanakan pada bulan Maret 2025. Para peserta mengikuti pelatihan intensif selama dua bulan, mencakup materi dasar hingga aplikasi komputasi kuantum. Berdasarkan performa selama pelatihan dan kualitas ide proyek awal, setelah melalui proses seleksi secara daring yang ketat dari total 317 peserta, tim mahasiswa STEI ITB berhasil terpilih sebagai bagian dari 24 finalis yang diundang untuk berkompetisi secara luring dalam babak final yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand, pada 3–5 Agustus 2025.

Mahasiswa yang mengikuti kompetisi ini merupakan bagian dari kelompok riset komputasi kuantum di STEI ITB, di bawah bimbingan Bapak Rahmat Mulyawan, S.T., M.T., M.Sc., serta Dr. Infall Syafalni, Dr. Fariska Zakhralativa Ruskanda, dan Dr. Nur Ulfa Maulidevi. Selama berlangsungnya kompetisi di Thailand, para peserta mendapatkan pendampingan dari Dr. Khoirul Anwar dan Dr. Nopendri dari Telkom University, yang berkolaborasi dengan ITB dan BRIN dalam Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Teknologi Kuantum 2.0. Partisipasi mereka dalam Quantathon menjadi kelanjutan dari pembinaan riset dan kolaborasi lintas institusi yang telah terbangun sebelumnya.

Dalam wawancara, pembimbing tim, Rahmat Mulyawan, S.T., M.T., M.Sc., menyampaikan bahwa perannya lebih bersifat mendukung secara teknis dan motivasional, mengingat sifat lomba yang kolaboratif dan terbuka lintas negara.
“Karena sifat lomba yang cukup terbuka dan berbasis kolaborasi lintas negara, peran saya lebih bersifat sebagai pembimbing yang mendukung dari sisi teknis dan motivasional. Mahasiswa yang terlibat sudah menunjukkan kemandirian dan inisiatif yang tinggi, sehingga saya lebih berperan dalam memberikan umpan balik atas ide-ide mereka dan mendorong mereka untuk mengasah logika berpikir serta ketajaman analisisnya,” ujarnya.

Dalam proses pendampingan, Pak Rahmat menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin serta kepekaan terhadap relevansi sosial dari solusi teknologi yang dikembangkan.
“Nilai utama yang saya tekankan adalah kemampuan untuk berpikir lintas disiplin serta berkolaborasi secara efektif dalam tim internasional. Di bidang frontier seperti komputasi kuantum, keterbukaan terhadap pendekatan non-konvensional dan kemampuan beradaptasi dengan perspektif baru sangat penting,” jelasnya.
“Saya juga mendorong mahasiswa untuk fokus pada relevansi solusi mereka terhadap masalah nyata, bukan sekadar aspek teknologinya.”

Mengenai kemenangan yang diraih, beliau lalu menyampaikan rasa bangga dan syukur yang mendalam.
“Tentu saya sangat bersyukur dan bangga, terutama karena mereka tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga mampu menjelaskan relevansi sosial dari solusi yang mereka usulkan. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa kita tidak hanya mampu mengikuti perkembangan teknologi mutakhir, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap konteks dan kebutuhan di tingkat regional.”

Rahmat Mulyawan menyampaikan apresiasinya terhadap Quantathon 2025 sebagai ajang pembelajaran bertahap yang mendorong kolaborasi lintas negara dan pengembangan kemampuan presentasi ide. Ia berharap kompetisi ini dapat terus berlanjut dan menjadi bagian dari upaya mendorong kemajuan teknologi kuantum di Asia Tenggara.
“Saya berharap inisiatif seperti ini bisa menjadi agenda berkelanjutan yang didukung berbagai pihak. Teknologi kuantum masih dalam tahap awal, namun sudah mulai menunjukkan potensi besar dalam menjawab tantangan global. Dengan dukungan yang tepat, kita bisa menjadi bagian penting dari perkembangan teknologi kuantum dunia.”

en_USEnglish