Enter your keyword

Yudistira Dwi Wardhana Asnar, S.T, Ph.D: Open Data Berperan Aktif dalam Pemerintahan

Yudistira Dwi Wardhana Asnar, S.T, Ph.D: Open Data Berperan Aktif dalam Pemerintahan

Yudistira Dwi Wardhana Asnar, S.T, Ph.D: Open Data Berperan Aktif dalam Pemerintahan

 

Webinar PTTI 101 STEI ditutup dengan webinar “Penggunaan Data Terbuka dalam Pengembangan e-Democracy di Indonesia” oleh Yudistira Dwi Wardhana Asnar, S.T., Ph.D. seorang dosen dari KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan ITB. Secara umum, webinar ini akan menjelaskan bagaimana sistem demokrasi di Indonesia ditunjang oleh elektronik.

Data terbuka merupakan data publik yang dapat diakses sehingga didapatkan beberapa fungsinya seperti masyarakat dapat membuat bisnis baru dengan menganalisis pola dan trend yang diambil berbasis data. Selain itu, dengan data terbuka dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Data terbuka tidak hanya dilakukan oleh pemerintahan, namun bisnis dan organisasi juga saat ini sudah melakukan open data. Data yang digunakan dalam data terbuka ini merupakan data yang legal.

Open data tidak boleh terdapat penambahan data yang hanya untuk data tersebut,” Tegasnya, selaku pembicara utama.

Dalam data terbuka, terdapat 5 level didalamnya seperti berikut.

  • 1-star : Data tersedia di web dalam format apapun, lisensi terbuka
  • 2-star : Data terstruktur yang machine-readable
  • 3-star : Data terstruktur yang machine-readable dalam format non-proprietary
  • 4-star : Menggunakan open standards dari W3C
  • 5-star : Menghubungkan data satu ke data lainnya untuk menyediakan berbagai informasi

Awal mula terdapatnya data terbuka ini dikarenakan aturan pada Perpres No. 96 Tahun 2018 – SPBE mengenai keterbukaan informasi publik. Selain itu juga ingin memiliki citra yang bagus, mendapatkan partisipasi aktif dari warga untuk pembangunan menjadi hal-hal lain yang membuat data terbuka.

Diperlihatkan website pemilu 2014 yang datanya masih tidak machine-readable karena menggunakan format pdf. Pada tahun 2019 baru bisa direalisasikan datanya oleh mesin. Sejak pemilu 2019 sudah berpindah ke bintang 3 atau 4.

“Pada 2020 tidak terlihat pengambilan data dengan scan, namun langsung di foto dari TPS oleh KPPS. Sehingga tingkat akurat dan kepercayaannya lebih tinggi,” Ucap Yudistira Dwi Wardhana Asnar.

Data yang ditampilkan untuk publik dibuat semenarik mungkin dengan format data visualization. Pada data tersebut dibuat bentuk analytics dengan berbagai grafik dan warna yang menggambarkan sesuatu.

Dipaparkan tantangan apa saja yang harus dihadapi. Pertama, data preparation masih membutuhkan dukungan teknik dan banyak membutuhkan kerja manual. Kedua, beberapa instansi memiliki sistem kodifikadi sebuah entitas seperti untuk kota/kabupaten yang berbeda-beda antar instansi. Ketiga, kualitas dan hubungan antar data menjadi hal penting dalam mendapatkan pengetahuan atau insights.

Pada akhir sesi pemaparan, diberitahukan proyek apa yang saat ini sedang dikerjakan, yakni. Expands the data analytics beyond “election” dan build series of prototype of voting systems seperti elektronik, internet, dan blockchain-based)

Dengan begini, pemilu hanya salah satu indikator praktik berdemokrasi. Kemudian membuka data hanya sebuah langkah awal untuk membangun partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan serta data terbuka juga membuka peluang penelitian dan pengembangan usaha.

Webinar ini juga dapat disaksikan di channel Youtube STEI ITB:

en_USEnglish