Enter your keyword

KK Telekomunikasi STEI ITB Dorong Transformasi Peternakan Pedesaan melalui Teknologi Digital di Ciamis

KK Telekomunikasi STEI ITB Dorong Transformasi Peternakan Pedesaan melalui Teknologi Digital di Ciamis

KK Telekomunikasi STEI ITB Dorong Transformasi Peternakan Pedesaan melalui Teknologi Digital di Ciamis

Bandung, stei.itb.ac.id – Dalam upaya mendukung transformasi digital di sektor pertanian dan peternakan, dosen dari Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi, Dr. Hamonangan Situmorang, S.T., M.T., bersama dua peneliti lainnya, Samuel Tommy Setiadjie, S.T. dan Averroes Aji Van Tafakur, S.T., menginisiasi “Program pengembangan sistem peternakan digital” di Kampung Lember, Desa Banjarangsana, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis.

Dalam wawancara, Dr. Hamonangan menjelaskan bahwa sistem peternakan digital yang dikembangkan adalah solusi berbasis teknologi untuk membantu masyarakat mengelola peternakan secara efisien dan otomatis. Sistem ini mengintegrasikan sensor, aktuator, dan platform digital untuk mengotomatisasi berbagai proses penting seperti pemberian pakan, pengaturan suhu dan kelembaban kandang, hingga pencahayaan dan ventilasi, termasuk pengendalian bau melalui deteksi kadar amonia.

“Dengan cara ini, peternakan bisa dikelola lebih hemat waktu, hemat tenaga, namun tetap produktif,” ujar Dr. Hamonangan.

Proyek ini fokus pada dua sektor utama: peternakan ayam dan perikanan darat. Sistem yang dibangun terdiri atas:

• Subsistem Sensor: untuk memantau suhu, kelembaban, dan kadar amoniak di kandang ayam, serta kadar oksigen, nitrogen, salinitas, dan suhu pada kolam ikan.
• Subsistem Aktuator: meliputi pemberi pakan otomatis, kipas pendingin, lampu penghangat, dan exhaust untuk mengurangi bau kandang.
• Dashboard Digital: menampilkan data real-time dan historis, pengaturan jadwal pakan, hingga mode manual dan otomatis untuk pengelolaan harian.

“Seluruh komponen sistem ini terhubung agar peternak bisa memantau dan mengontrol kandang dari jarak jauh, bahkan cukup menggunakan perangkat sederhana,” jelasnya.

Pemilihan Kampung Lember sebagai lokasi pengabdian masyarakat bukan tanpa alasan. Dengan ketinggian 500–700 mdpl dan iklim yang lembap, kawasan ini ideal untuk peternakan unggas dan perikanan darat. Selain itu, struktur sosial masyarakat yang kolaboratif dan terbuka terhadap perubahan menjadi faktor pendukung keberhasilan program ini.

“Kami melihat potensi besar di sini. Masyarakatnya antusias dan aparat desa sangat mendukung. Ini menjadi fondasi penting dalam memperkenalkan pendekatan teknologi tepat guna,” ujar Dr. Hamonangan.

Meski implementasi teknologi di daerah pedesaan menghadapi tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur dan literasi digital, tim peneliti mampu menyesuaikan desain sistem dengan kondisi lokal. Edukasi kepada masyarakat juga terus dilakukan agar sistem dapat dioperasikan secara mandiri.

Dalam jangka panjang, Dr. Hamonangan berharap program ini dapat menjadi model smart farming skala rumah tangga, membuka peluang ekonomi baru, dan mendorong terciptanya ekosistem peternakan digital berbasis komunitas.

“Kami membayangkan sistem ini menjadi katalis perubahan ekonomi pedesaan. Harapannya, akan muncul model kemitraan baru yang inklusif, efisien, dan berkelanjutan, bahkan menarik investor strategis untuk turut terlibat,” pungkasnya.

Dengan keberhasilan program ini, tim dari STEI ITB berharap dapat mereplikasi sistem serupa di desa-desa lain, memperluas dampak inovasi teknologi bagi masyarakat, dan mempercepat transformasi menuju ekonomi digital berbasis potensi lokal.

en_USEnglish