Kuliah Tamu Direktur Utama Bank Mandiri: Profesionalisme & Perbankan
Oleh Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri
Jumat, 20 Maret 2015. Siang pada hari Jumat yang biasanya terik begitu berbeda, langit mendung, bahkan sesekali rintik hujan berjatuhan. Paling tidak, beberapa kali saya merasa takut kehujanan saat menuju Auditorium CC Timur untuk mengikuti kuliah tamu dari mata kuliah Socio-Informatika.
Prejudis
Sejujurnya saya beranggapan kuliah tamu nanti akan banyak memaparkan keterkaitan teori yang saya terima di kuliah dengan terjadi di lapangan yakni dunia kerja. Namun, ternyata saya salah, saya mendapatkan lebih dari sangkaan saya. Sebuah pembelajaran baru untuk orang yang masih fakir ilmu.
Tanggung Jawab
Banyak hal yang diceritakan oleh Bapak Budi Gunawan terkait pengalamannya mulai dari mengapa beliau menyempatkan mengisi kuliah di ITB yang katanya karena ITB memiliki ikatan rasa dengan beliau sebagai tempat bertemu dengan calon dan istri nya. Pun, pengalaman beliau mulai masuk di dunia perbankan. Namun, satu hal yang menurut saya bisa diterapkan pada semua profesi adalah terkait pesan yang beliau sampaikan bahwa setiap profesi memiliki tanggung jawab moral. Ketika beliau berkata bahwa banking bertanggung jawab moral untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada, pun profesi lain. Kami-kami ini sebagai calon software-engineer pun memiliki tanggung jawab moral terkait apa yang kami lakukan dan kami ciptakan. Itulah pesan penting yang menurut saya harus semua orang atau, mengerti, pahami, dan terapkan.
Knowledge Transfer
Ada beberapa hal yang menurut saya menarik dari bank Mandiri yakni adanya perhatian kepada para anggotanya hingga memberikan kesempatan untuk belajar d luar negeri dengan program beasiswa. Jenjang karir yang cukup jelas pun menjadi salah satu hal yang menarik bagi saya. Namun, ada yang lebih menarik perhatian saya yakni tentang bagaimana cara memilih top level management / strategic level yang notabene harus memiliki kompetensi di sana serta benar-benar mengerti apa yang harus dilakukan.
Saya pun akhirnya bertanya, “Apa yang bapak lakukan untuk mempersiapkan calon direktur utama setelah bapak?”, Saya mengira, Knowledge Transfer sudah cukup, tapi ternyata salah karena ada yang lebih penting yakni Experience Transfer.
Bila kita hanya berfokus pada Knowledge Transfer maka membuat tulisan atau dokumentasi bisa jadi solusi, tapi, tidak untuk pengalaman. Tulisan saja tidak cukup untuk membuat orang berpengalaman terhadap suatu hal oleh karena itu, metode yang paling bagus untuk melakukan experience transfer adalah dengan melakukan mentoring, membimbing. Seperti yang diceritakan beliau sebelumnya bahwa selalu ada kesempatan untuk beberapa orang mendampingi beliau pada jabatan dan rentang waktu tertentu.
Sumber: Aryya Dwisatya W-NIM. 13512043
No Comments