Pandu Mahasiswa Teknik Informatika STEI ITB Mendapat Program Pertukaran Pelajar ke Amerika Serikat
Pada awal bulan Maret 2014 saya mendapat kesempatan untuk mengikuti 2 buah event sekaligus selama 3 minggu di Alexandria, Virginia, Amerika Serikat. Keikutsertaan saya ini disponsori sepenuhnya oleh pemerintah Amerika Serikat melalui setelah saya terpilih sebagai 1 dari 2 pelajar wakil Indonesia dalam event ini melalui sebuah proses seleksi tertutup.
Event yang pertama adalah AFS Sponsored Program Workshop, yaitu sebuah workshop mengenai program pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh AFS, sebuah organisasi nirlaba internasional yang bergerak di bidang pertukaran pelajar dan pemahaman antarbudaya. Pada workshop ini peran saya adalah sebagai salah satu alumni dari program AFS yaitu YES (Youth Exchange and Study) 4 tahun yang lalu, pada periode 2009-2010.
Pada workshop ini, selain mengikuti sesi-sesi yang memberikan pengetahuan tentang kesukarelawanan, penanganan siswa pertukaran pelajar, fundraising, mencari hostfamily, birokrasi, dan berbagai hal lain, saya juga berpartisipasi dalam stand Indonesia di International Bazaar, yaitu ketika seluruh partner internasional AFS (sekitar 12 negara yang hadir) memamerkan kebudayaan negaranya masing-masing di booth-booth dalam sebuah ruangan besar. Saya dan delegasi Indonesia lain memakai baju daerah dan membawa kain-kain khas Indonesia, souvenir, serta jajanan khas. Kami juga menjelaskan budaya dan Indonesia secara umum serta menjawab berbagai pertanyaan yang ditanyakan pengunjung. Selain itu pada sesi lain saya juga memberikan presentasi mengenai permasalahan yang sering dihadapi siswa pertukaran pelajar dari Indonesia ketika menjalani kehidupan di Amerika Serikat. Di penghujung workshop, saya mendapat kesempatan mengunjungi kantor salah satu Senator Amerika Serikat untuk menceritakan pengalaman dan impact yang didapat seorang alumni dari program YES.
Event yang kedua adalah YES Alumni 2014 Ashoka’s Youth Venture Social Entrepreneur Workshop, yaitu sebuah workshop mengenai proyek sosial dan pengembangan komunitas/masyarakat oleh pemuda. Berbeda dengan workshop sebelumnya yang diikuti oleh seluruh perwakilan sukarelawan AFS dari berbagai negara, workshop ini hanya diikuti oleh 20 pelajar alumni program YES yang berasal dari Amerika Serikat dan 11 negara lain seperti Indonesia, Thailand, Mozambique, Kenya, India, Turki, Arab Saudi, dan beberapa yang lain. Kami dipilih karena kontribusi dan keaktifan kami dalam membangun komunitas dan masyarakat setelah kami menjalani program pertukaran pelajar kami dulu.
Pada workshop ini kami mendapat materi-materi yang sangat berharga dan berguna bagi diri kami sendiri maupun komunitas sekitar kami.
Saya mendapat pelajaran berharga mengenai bagaimana menemukan masalah di sekitar kita, menemukan ide solusi yang tepat, merancang kampanye untuk proyek sosial, mencari pendanaan, bekerjasama dengan stakeholder yang ada, bagaimana menginspirasi orang agar ikut serta mendukung gerakan kita, sampai skill-skill penting seperti komunikasi dan presentasi. Selain itu juga terdapat banyak pelajaran mengenai pengembangan mentalitas diri kita, bagaimana agar kita pantang menyerah, berani bertindak, dan tidak takut untuk peduli bagi kebaikan komunitas/masyarakat. Cara penyajian materi sangat santai, rileks, dan menyenangkan, sehingga seluruh peserta proaktif dalam mengembangkan rencana proyek sosial masing-masing. Di sela-sela sesi terdapat permainan yang interaktif, menyenangkan, dan memberikan banyak insight, sehingga kami tidak cepat bosan. Selain itu di waktu luang para peserta juga dipersilahkan untuk menjelajahi kota Alexandria dan Washington DC yang dapat dijangkau dengan kereta bawah tanah dalam 10 menit.
Seluruh peserta yang ada merupakan pelajar yang luar biasa dari berbagai negara, dengan proyek sosial yang tak kalah menakjubkan. Pelajar dari Kenya, misalnya, memiliki proyek untuk membangun sumur air bersih bagi komunitas di sekitarnya. Kemudian pelajar dari Turki memilih untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Turki mengenai hak-hak mereka baik secara legal, politis, maupun konstitusional. Seorang pelajar dari Amerika Serikat bahkan membuat proyek untuk memberikan pelatihan dan mendukung single mother di Ghana, sehingga komunitas mereka bisa terlepas dari lingkar kemiskinan. Saya sendiri merancang gerakan yang terkait dengan pengembangan lingkungan dan pemuda di Bandung. Di akhir workshop kami diminta untuk mempresentasikan rencana proyek kami ke panelis yang terdiri dari berbagai organisasi terkemuka dan pemerintah Amerika Serikat untuk mendapat feedback yang konstruktif.
Saya merasa sangat beruntung karena workshop ini juga tidak berhenti sampai hanya pelaksanaan pelatihan saja. Kami para alumni program ini diminta untuk mengimplementasikan program kami dalam jangka waktu 1 tahun mendatang, dengan kesempatan bantuan pendanaan yang tak sedikit. Tak pelak lagi, 3 minggu tersebut sangat membawa pencerahan dan memberikan banyak pelajaran bagi saya. Ilmu baru, teman baru, dan koneksi baru, serta semangat baru untuk berkontribusi telah saya dapatkan. Saya harap lebih banyak pelajar Indonesia dan ITB yang mendapat kesempatan semacam ini di tahun-tahun mendatang. Terima kasih
Pandu Kartika Putra / 13511090
Teknik Informatika ITB 2011