Pembangunan Gedung KOICA-ITB Cyber Security Center
Pada tanggal 30 Januari 2013, bertempat di Kampus ITB Jatinangor diresmikan Pembangunan Gedung KOICA-ITB Cyber Security Center ITB yang akan dikelola penuh oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). Sambutan yang meriah disampaikan oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia yaitu Mr. Young Sun Kim, kemudian dilanjutkan oleh Dr. Yusep Rosmansyah. Berikut isi dari press release Dr.Yusep Rosmansyah: Semakin hari semakin banyak informasi yang disimpan, dipercayakan, diperoleh, dan dipertukarkan secara elektronik dengan komputer digital yang saling terhubung membentuk suatu jaringan. Secara ringkas, semakin banyak informasi yang diproses dalam jagat cyber, dunia maya, atau istilah praktisnya: jaringan Internet. Contoh mudahnya adalah uang: kita menerima gaji melalui transfer bank dan mendapat pemberitahuan via SMS atau email. Sebagian uang ini kita belanjakan sebuah buku dengan menggunakan kartu debit secara online melalui Internet. Kita menerima uang dan membelanjakannya tanpa memerlukan uang kertas atau koin, melainkan hanya berdasarkan informasi di ponsel atau komputer saja.
Ternyata, informasi yang dipercayakan dan dipertukarkan ke dalam bentuk data elektronik digital menggunakan teknologi Internet sudah hampir meliputi berbagai aspek kehidupan. Semakin maju suatu negara maka semakin banyak informasi yang dipercayakan dalam jaringan Internet, dan semakin sedikit yang memerlukan kertas atau formulir manual. Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling maju dalam hal adopsi teknologi Internet untuk berbagai sendi kehidupan, baik perbankan, pemerintahan, pendidikan, pertahanan, perindustrian, sampai pertanian. Bahkan, mulai tahun 2013 ini, gerakan sekolah tanpa buku, cukup menggunakan komputer tablet saja, sudah dimulai di sejumlah sekolah dasar di Seoul.
Dengan semakin banyaknya informasi yang dipercayakan kepada jagat cyber, aspek keamanannya menjadi suatu keharusan. Pada bulan Juli tahun 2012 lalu, Presiden Obama menulis artikel di surat kabar Wall Street Journal mengenai perlunya perundangan yang lebih ketat mengenai keamanan cyber. Dia mengatakan bahwa musuh negara yang kalah di medan perang dapat menyerang kelemahan jaringan komputer di dalam negeri. Jaringan penting yang rentan diserang ini misalnya sistem perbankan, rumah sakit, saluran air, dan jaringan listrik. Lebih jauh, beberapa bulan berselang Menteri Pertahanan Leon Panetta mengatakan bahwa serangan Internet oleh kelompok teroris bisa berdampak lebih dahsyat dari serangan 11 September.
Bagaimana dengan kondisi negara kita? Tahun 2012 lalu, sebuah harian nasional memberitakan bahwa ada lebih dari satu juta serangan terhadap jaringan Internet kita. Serangan tersebut terdiri atas bermacam jenis, di antaranya pencurian data, pemalsuan data, pengubahan data (misalnya halaman muka situs web), phising, pembocoran data, spionase industri, penyalahgunaan data oleh orang dalam, dan kejahatan lainnya. Padahal, pada tahun yang sama, semua penduduk dewasa telah mempercayakan data pribadi yang amat penting (seperti alamat, tahun lahir, sidik jari, dan kornea mata) ke dalam jaringan cyber untuk pembuatan E-KTP. Apakah data penting ratusan juta penduduk ini dijamin aman? Tidak ada yang tahu persis, karena pencurian informasi di jagat cyber tidak menghilangkan informasi aslinya.
Jujur saja, di bidang keamanan cyber ini, negara kita masih ketinggalan. Salah satu buktinya adalah belum adanya CERT (Computer Emergency Response Team) yang kuat, yang diawaki ratusan atau ribuan pegawai kompeten full-time, seperti halnya di negara-negara tetangga kita. Negara kita masih sangat kekurangan tenaga ahli yang kompeten yang dapat menangani serangan cyber, terutama jika skalanya besar. Kita juga masih jauh dari mandiri dalam hal pengadaan dan penciptaan alat dan teknologi keamanan informasi. Dengan kata lain, hampir semua alat dan produk keamanan informasi masih harus impor.
Atas dasar dua alasan utama inilah gedung Pusat Keamanan Cyber KOICA-ITB dibangun atas hibah Pemerintah Korea melalui KOICA (Korean International Cooperation Agency). Pada saat pembangunan tuntas, setidaknya ada dua program yang akan mulai dijalankan: program pendidikan dan program riset dan pengembangan. Program pendidikan ditujukan untuk mencetak para SDM kompeten di bidang keamanan cyber, baik berupa program S2 reguler maupun S2 eksekutif (bagi para pegawai berpengalaman), atau program training profesional dan sertifikasi. Program riset dan pengembangan bahkan sudah mulai dijalankan melalui riset mahasiswa S1, S2, S3, dan pengembangan produk. Dalam beberapa tahun ke depan, kami menargetkan untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM kompeten di bidang keamanan cyber dan menerapkan produk hasil riset dan pengembangan di berbagai lembaga pemerintah dan swasta, bahkan diekspor ke luar negeri. Paralel dengan dua program utama, program kerja sama akan terus digalang, baik dengan mitra domestik maupun mitra mancanegara.
Bangunan KOICA-ITB Cyber Security Center yang hari ini mulai dibangun akan memiliki 3 lantai, yang terdiri atas auditorium dan plaza pamer di lantai 1, laboratorium keamanan cyber dan ruang riset di lantai 2, dan ruang kegiatan belajar mengajar di lantai 3.
Kami berharap bahwa dengan dimulainya pembangunan gedung ini dimulai pula kesadaran kita semua akan pentingnya keamanan cyber, baik bagi pribadi kita maupun bagi negara tercinta ini. Jangan sampai terjadi kasus bahwa karena kita tidak tahu maka semuanya dianggap aman terkendali, padahal semua informasi penting, baik yang kita ketahui ataupun belum, sudah berada di tangan musuh. Kita mulai membangun gedung ini, lalu membangun SDM kita, dan melalui kerjasama dan dukungan berbagai pihak, kita perkuat riset dan kemandirian produk domestik kita, pada akhirnya kita bisa memperkuat pertahanan dan ketahanan cyber negara kita.
Berikut dokumentasi foto acara peresmian tersebut: http://stei.itb.ac.id/gallery/index.php/20130130-Ground-Breaking-Ceremony-Laboratory-for-Cyber-Security-Capability-of-ITB-ITB-Jatinangor?page=5