Enter your keyword

ChatGPT dan AI (Seri ke-2 dari tulisan berseri tentang ChatGPT secara khusus dan AI secara umum)

ChatGPT dan AI (Seri ke-2 dari tulisan berseri tentang ChatGPT secara khusus dan AI secara umum)

https://openai.com/blog/chatgpt/

Popularitas ChatGPT yg dlm waktu sangat singkat meraih jutaan pengguna telah membuat khawatir para petinggi Google. Kejutan demi kejutan telah ditorehkan oleh ChatGPT, mulai dari kemampuan menjawab dg bahasa alami yg ramah thd manusia, mengoreksi jawabannya sendiri yg dirasa salah, membuat puisi, membantu mahasiswa membuat essay dari tugas dosen-nya, memecahkan soal-soal matematika dan keteknikan sederhana, menjadi penulis pendamping dalam makalah di jurnal, sampai lulus ujian ‘sarjana’ dlm bbrp bidang, dan mungkin masih akan disusul dengan kejutan lain. Meskipun masih memiliki beberapa kelemahan, sebagai model bahasa yg dikembangkan dari GPT3.5 dg mengkombinasikan supervised learning & reinforcement learning, ChatGPT memiliki potensi kedepan untuk di-retrain dg dataset dlm bidang yg lebih khusus, misalnya bidang kedokteran, hukum, keuangan dll, untuk membuatnya lebih ‘pintar’ di bidang2 yg lebih khusus ini. Saat ini model ChatGPT dilatih dengan dataset yang bersumber dari Internet dengan menggunakan WebCrawler dan buku-buku (beberapa e-book?) sampai dengan Tahun 2021.  GPT adalah singkatan dari Generative Pretrained Transformer. Dari singkatan ini dapatlah dipahami bahwa ChatGPT merupakan model bahasa yang dilatih sebelumnya dengan dataset bahasa sehingga memiliki ‘kepintaran’ dengan mendasarkan pada model Transformer. Transformer merupakan model deep learning yang saat ini sangat populer dalam natural language processing (NLP) dan belakangan ini juga diterapkan pada computer vision. 

CEO Google Sundar Pichai  sampai-sampai harus memanggil founder Google Larry Page dan Sergei Brin dan mendiskusikan strategi untuk merespons popularitas sekaligus ancaman ChatGPT. Diperkirakan dlm waktu tdk terlalu lama Google Search Engine akan dilengkapi dg AI Chatbot semacam ChatGPT, jadi sepertinya bukan saja pengguna bisa berdialog dg Chatbot, tetapi Chatbot itu sendiri dapat mencari informasi yg diperlukan dan relevan di Internet. Seperti yg mungkin sudah diketahui Google juga mengembangkan model bahasa dg dialog yg dinamakan Lamda & Sparrow. Bahkan belakangan ini Google mengklaim telah mengembangkan model AI yg menghasilkan foto, video, audio yg dikendalikan oleh bahasa percakapan alami, foto maupun video. Menarik untuk mencermati apakah kedepan Google dan OpenAI akan bersaing keras dlm bidang AI baik di bidang pengolahan bahasa alami, chatbot maupun computer vision. 

Sudah barang tentu semua perkembangan dan kemajuan AI yg sangat cepat ini akan membawa transformasi dlm kita bekerja, belajar, berkomunikasi dan bersosialisasi. Bagaimana kita sebagai institusi pendidikan menanggapi berbagai perkembangan dalam bidang AI seperti ChatGPT ini? Pak Kuspriyanto pernah menanyakan ini ke ChatGPT dan ChatGPT memberikan beberapa butir saran/rekomendasi. Perlukah kita mendiskusikan dan mendalami lebih lanjut saran/rekomendasi dari ChatGPT ini? Dalam konteks ini saya teringat pesan yang disampaikan oleh Nick Polson & James Scott dlm bukunya berjudul “Artificial Intelligence Quotient : How People and Machines Are Smarter Together”(buku ini sy beli di Toko Koperasinya MIT sewaktu berkunjung kesana beberapa waktu yang lalu). Mereka menuliskan “A revolution of intelligent machines, from self driving cars to smart digital assistants, is now remaking our world, just as the Industrial Revolution remade the world of the nineteenth century. AI is not some science fiction droid from the future. It’s right here, right now, and it’s changing our lives at lightning-fast speed”. 

Bandung, 30 Januari, 2023

Bambang Riyanto