Enter your keyword

ITB Ciptakan Pesawat Pengintai Tanpa Awak

ITB Ciptakan Pesawat Pengintai Tanpa Awak

Tuesday, 10 May 2011
Pesawat pengintai tidak lagi menjadi dominasi produk teknologi luar negeri.Indonesia pun bias membuatnya dengan menggunakan teknologi yang tidak kalah canggihnya. Seperti yang berhasil dibuat oleh tim Octorotor, mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB.

Mereka berhasil membuat pesawat pengintai tanpa awak, yang bisa mengikuti target sasaran.Dengan nama Octorotor UAV for Visual Target Tracking.Menurut salah seorang pembuatnya, Noviantoro Sadewo,33, pesawat berdiameter sekitar 40 cm ini merupakan gabungan dari image processingdan kendali pesawat.“Gambar dihasilkan oleh kamera yang ada di bagian depan pesawat, digunakan untuk mengendalikan pesawat,” ujarnya pada acara STEI Students Innovation Expo di Auditorium Campus Center Timur ITB,Jalan Ganeca,Kota Bandung,kemarin. Dia menjelaskan,terlebih dulu kamera berukuran sekitar 5 cm itu mengambil gambar obyek,kemudian disimpan di database. Pesawat pengintai yang berada di atas obyek terus mengintai sambil mencocokkan fitur targetnya.

Pesawat ini memiliki delapan baling-baling dengan ukuran berbeda-beda panjangnya.Empat rangka besi penyangga baling-baling berukuran lebih panjang, sementara empat lainnya lebih pendek.Selain itu,setiap baling-baling berbeda putarannya.Baling-baling rangka panjang berputar ke kanan dan rangka lebih pendek berputar ke kiri. “Hal ini supaya pesawatnya seimbang.Tidak hanya berputar ke kanan atau ke kiri saja sehingga terbangnya menjadi stabil,”jelas mahasiswa S2 Jurusan Kendali Elektro itu. Noviantoro menjelaskan, pesawat dengan delapan baling-baling jauh lebih kuat. Awalnya tim Octorotor membuat pesawat dengan empat baling-baling,namun hanya bisa mengangkat beban seberat 1 kg.Sedangkan dengan delapan baling-baling bias mengangkat beban 2 kg.

“Selain itu menggunakan delapan baling-baling kalau salah satunya rusak,masih ada 7 baling-baling.Jadi pesawat masih bisa bertahan,kalau hanya 4 baling-baling pesawat langsung jatuh,”tuturnya. Sambil menujukkan setiap detail pesawat,dia mengatakan,kendali pesawat yang menyerupai gurita ini memiliki pusat kendali di bagian atasnya,yang ditutupi plastik transparan.Terdiri dari navigasi,GPS,kompas,dan flight control sehingga kemiringannya bisa dikendalikan sekitar 15 derajat. Untuk pengoperasiannya, pesawat ini tidak menggunakan remote control, namun saat take offdan landing masih menggunakan remote control.“Teknologi kami belum sejauh itu,takutnya kalau tidak menggunakan remotesaat landingpesawat malah hancur,”ucapnya.

Bekerja sama dengan LAPAN,pesawat yang dibuat tahun 2010 ini selesai dalam waktu sekitar delapan bulan. Dikerjakan oleh 6 mahasiswa, pengerjaannya meliputi image processing,permodelan, aerodynamic,dan navigasi. Dengan prinsip kerjanya tersebut,pesawat ini bisa dikembangkan untuk kegiatan dunia militer. Namun perlu pengembangan lebih lanjut baik dari teknologi maupun bentuknya.“Semuanya masih bisa dikembangkan,karena kami saat ini masih dalam proses penelitian,” imbuhnya.

ASITA ULFAH
Bandung

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/397745/