Enter your keyword

Menggunakan ‘Rasa Takut’ untuk Menyuarakan One Health kepada Milenial melalui Sosial Media

Menggunakan ‘Rasa Takut’ untuk Menyuarakan One Health kepada Milenial melalui Sosial Media

Menggunakan ‘Rasa Takut’ untuk Menyuarakan One Health kepada Milenial melalui Sosial Media

JAKARTA, itb.ac.id — Indonesia One Health University Network (INDOHUN) baru saja selesai mengadakan sebuah kompetisi bernama Communication Plan Competition. Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung berhasil menjadi juara 1 dan 3 dalam ajang tersebut pada 21 Desember 2018 lalu.

 

Tim pertama yang bernama Tim Somay, berhasil menduduki juara 1. Tim tersebut beranggotakan Rahma Rizky Alifia (Teknik Biomedis 2016), Devi Tara Avalokita (Teknik Biomedis 2016), dan Salsabila Nadhifah (Teknik Elektro 2016). Selain Tim Somay ini, terdapat tim lain dari ITB yang menyusul sebagai juara 3. Tim tersebut beranggotakan Ammar (Teknik Biomedis 2017), Raden Rafi Sageri (Teknik Elektro 2017), dan Muhammad Fadel Raihan (Desain Komunikasi Visual 2017). Kedua tim dari ITB berhasil mengalahkan 3 tim lain yang seluruhnya berasal dari UGM.

 

Para peserta diminta untuk menyusun strategi komunikasi yang efisien untuk mengomunikasikan gagasan ‘One Health’ yang menjadi dasar pergerakan INDOHUN. One Health sendiri memiliki makna bahwa kesehatan antara manusia, hewan, dan ekosistem harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang perlu dijaga.

 

Sebelum bisa melaju ke tahap akhir, tiap peserta diharuskan mengirim proposal mengenai strategi komunikasi yang mereka ajukan. Setelah dilakukan seleksi terhadap seluruh proposal yang masuk, maka Tim Somay beserta empat finalis lainnya, tiga dari UGM dan satu dari ITB, diberi kesempatan untuk menyampaikan ide yang mereka ajukan dalam proposal. Presentasi menjadi bagian yang penting dalam pelaksanaan lomba ini.

 

Tim ini dibentuk dari minat salah satu anggota yang akrab disapa Riris mengenai gagasan One Health yang sempat dipaparkan oleh INDOHUN dalam suatu acara yang diadakan pada Juli 2018 lalu. Dari acara ini juga Riris mengetahui kompetisi ini dan mengajak dua temannya untuk tergabung dalam satu tim. Iffa, anggota yang lain pun merasa tertarik untuk mengikuti lomba ini karena memiliki pengalaman magang di salah satu perusahaan iklan sehingga ilmu yang didapatkan pada saat magang dapat diaplikasikan pada saat mengikuti kompetisi ini. Mereka tergerak dan tertarik dengan gagasan One Health. “Kita sebagai manusia, makhluk hidup yang memiliki akal, harus dapat berbuat lebih untuk menjaga kesehatan manusia, hewan dan ekosistem,” ujar Iffa saat diwawancara reporter Kantor Berita ITB.

 

Tim Somay memilih generasi milenial sebagai target komunikasi dalam perencanaan mereka. Sebagai bagian dari framework yang mereka miliki, maka mereka mengadakan survei yang diisi oleh 172 responden dari kalangan teman-teman mereka. Survei ini berisikan pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait penyakit menular.

 

Dari survey ini, Tim Somay mendapatkan kesimpulan untuk memanfaatkan rasa takut dari tiap orang akan adanya penyakit menular baik dari sesama manusia, hewan atau lingkungan sekitar. Dari survei tersebut diketahui bahwa milenial mencari tahu terlebih dahulu mengenai penyakit menular dan pada akhirnya rasa takut akan potensi diri mereka tertular penyakit menular tersebut yang menyebabkan mereka bergerak, salah satunya dengan melakukan tindakan-tindakan preventif seperti penggunaan masker.

 

Menghadapi generasi milenial yang gandrung sosial media, maka Tim Somay memanfaatkan dua sosial media yang paling banyak digunakan berdasarkan survei yang mereka adakan yakni Instagram dan You Tube. Mereka sudah membuat sebuah akun Instagram dengan nama @jangancumatakut, dengan #JanganCumaTakut menjadi hashtag kampanye yang mereka ajukan.

 

Mereka menerapkan tiga strategi komunikasi yakni awareness, education, dan engagement. Untuk mencapai tahapan pertama, di akun Instagram mereka diunggah beberapa postingan seperti “Takut Gak?” yang merupakan cuplikan-cuplikan dari isu kesehatan yang ada di lingkungan sekitar. Postingan kedua berupa “Siapa Takut?” yang merupakan video berisi pertanyaan singkat dan spontan kepada orang-orang dengan tujuan tema dan isu mengenai penyakit menular dapat dikenali oleh para followers Instagram. Terakhir, mereka akan membuat video berisikan social experiment dan juga web series yang memang sedang populer di kalangan milenial. Ketiga fitur ini merupakan awal dari kampanye-kampanye lainnya.

 

Untuk tahapan kedua yang merupakan education, konten yang mereka sampaikan ialah Jangan “Cuma Takut, Cari Tahu!” Konten ini dirancang untuk memancing dan juga memuaskan rasa ingin tahu orang lain mengenai isu penyakit menular. Tahapan terakhir yang berupa tahap engagement, dicapai dengan kampanye offline. Salah satu bentukan kampanye offline ini berupa kompetisi esai untuk anak SMA dan kompetisi video untuk mahasiswa yang kemudian diberi nama “Jangan Cuma Takut, Make A Move!”

 

Sedangkan bentukan lainnya adalah konvensi yang memepertemukan orang umum dengan pengidap penyakit menular untuk lebih saling memahami dan meningkatkan empati. Konvensi ini diberi nama “Jangan Cuma Takut, Speak Up!”
Reporter: Prihita Eksi via itb.ac.id