Enter your keyword

Budi Rahardjo: fenomena Bitcoin yang meroket seperti euforia batu akik

Budi Rahardjo: fenomena Bitcoin yang meroket seperti euforia batu akik

Budi Rahardjo: fenomena Bitcoin yang meroket seperti euforia batu akik

Belakangan ini, fenomena Bitcoin kembali ramai diperbincangkan. Mata uang digital yang masih baru ini nilainya melesat sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Pertumbuhan nilai tukar Bitcoin terus meroket sepanjang tahun 2017, dan dengan sendirinya, menimbulkan banyak prediksi untuk mata uang digital tersebut.

Dosen STEI-ITB, Ir. Budi Rahardjo, M.Sc., Ph.D., berbagi pendapat soal ini. Menurut beliau seperti dikutip dari artikel yang ada di Tirto.id, Dosen yang sedang meneliti teknologi mata uang digital dan krypto, mengatakan bahwa fenomena nilai Bitcoin yang meroket dapat dianalogikan seperti euforia batu akik. “Ingat kan batu akik? Ia masih ada. Tapi kan harganya sudah kembali normal,” jelas Budi kepada Tirto ketika dihubungi melalui telepon (Rabu, 20/12/2017). “Kalau euforianya sudah turun, nanti harganya akan jatuh. Ada yang kehilangan uang dan ada yang beruntung,” imbuh Budi.

Dalam tulisan di blog pribadinya, Analogi Bitcoin, Budi juga mengatakan bahwa Bitcoin saat ini seperti kupon bazar makanan yang harusnya dipakai untuk beli makanan tapi malah diperjualbelikan. Jadinya orang malah jual beli kuponnya bukan menikmati santapan yang disajikan oleh bazar dengan menukarkan kupon tersebut. Budi mengakhiri tulisan ini dengan sebuah pertanyaan yang menohok: “Bazar akan selesai. Bagaimana nasib harga kupon setelah bazar selesai? Anda tahu sendiri.”

Menurutnya, posisi Bitcoin saat ini sebagai alat investasi atau “emas digital” menyalahi potensinya sebagai alat pembayaran berbasis teknologi blockchain. Bitcoin sebagai sebuah mata uang digital berbasis teknologi blockchain yang terdesentralisasi (tidak terpusat pada satu institusi atau server) memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat pembayaran unik untuk transaksi yang sulit untuk dilakukan melalui metode pembayaran lain. “Misalnya, saya jual listrik di rumah saya dari panel surya dengan harga 10 rupiah, sistem pembayaran yang bisa menampung 10 rupiah itu nggak ada,” kata Budi.

Artikel lebih lanjut tentang bitcoin dapat dibaca dalam Bahasa Indonesia di laman web tirto.id., serta laman blog pribadi Budi Rahardjo (Bahasa Indonesia) di sini.