Enter your keyword

Ericsson-ITB Berkolaborasi dalam Penelitian Internet of Things

Ericsson-ITB Berkolaborasi dalam Penelitian Internet of Things

Ericsson-ITB Berkolaborasi dalam Penelitian Internet of Things

Guna mendukung perkembangan teknologi mobile dan contoh pengunaan Internet of Things (IoT) di Indonesia, Ericsson menggaet insan kampus dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam rangka itu, Ericsson telah menandatangani sebuah nota kesepahaman (Memorandum of Understanding, MoU) ITB.

MoU ini ditandatangani oleh Thomas Jul, President Director, Ericsson Indonesia & Timor Leste, dan Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, sebagai Rektor ITB dengan disaksikan oleh Raja Carl XVI Gustaf dari Kerajaan Swedia sebagai bagian dari rangkaian kunjungannya ke Indonesia.

Kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen kedua Negara untuk memperkuat hubungan jangka panjangnya dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Perdagangan, keberlanjutan, penelitian, dan inovasi merupakan tema utama dalam kunjungan ini. Dalam sambutannya di acara penandatanganan MoU, Ulf Ewaldsson sebagai Senior Vice President dan Head of Business Area Digital Services, Ericsson menjelaskan bahwa Ericsson sebagai perusahaan Swedia yang beroperasi di Indonesia selama lebih dari satu abad, akan terus mendukung Indonesia dalam mengembangkan inovasi di industri telekomunikasi.

Berdasarkan kesepakatan MoU, para peneliti dan mahasiswa di ITB akan memiliki akses langsung ke platform industri Internet of Things (IoT) dan contoh nyata penggunaan teknologi IoT serta referensi yang dimiliki Ericsson. Selanjutnya, Ericsson akan terbuka untuk mewujudkan gagasan inovatif (yang muncul selama kerjasama ini) menjadi produk nyata sebagai bagian dari dukungan digitalisasi negara Indonesia.

Thomas Jul, President Director, Ericsson Indonesia dan Timor Leste mengatakan pihaknya memiiliki perhatian besar dalam bekerjasama dengan industri maupun pihak akademik untuk menjawab tantangan maupun peluang dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

“Kami menyambut dengan baik kesempatan untuk bermitra dengan salah satu universitas teknologi terkemuka di Indonesia. Tujuan dari kemitraan ini adalah mendorong terciptanya aplikasi IoT untuk Indonesia yang semakin digital sekaligus memenuhi harapan masyarakat Indonesia,” lanjut Thomas Jul.

Sementara itu Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, sebagai Rektor ITB mengatakan Indonesia sedang berubah secara digital dan kita bisa melihat hal ini di seluruh Nusantara dengan inisiatif implementasi Smart City di berbagai kota besar dan di kawasan pedesaan.

“Sebagai akademisi, kita memiliki kewajiban untuk menjadi yang terdepan dalam teknologi terbaru ini, terutama yang berkaitan dengan implementasi IoT di berbagai sektor publik seperti maritim, agroindustri, transportasi, keamanan, dan pertahanan. Ini merupakan sumbangsih kami untuk memastikan agar Indonesia bisa memimpin dalam hal teknologi di bidang maritim, pertanian dan pertahanan. Saya meyakini bahwa kemitraan ini akan memungkinkan ITB, khususnya peneliti dan mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika untuk berkontribusi secara aktif dalam inisiatif ini di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Dalam kesepakatan ini, contoh penggunaan IoT yang akan dieksplorasi antara lain adalah rumah pintar (smart home), manajemen fasilitas bangunan pintar (smart building facility management), pencahayaan pintar (smart lighting), pengelolaan limbah cerdas (smart waste management), keselamatan dan keamanan (safety and security), parkir pintar (smart parking), mobil pintar (smart car), dan agrikultur pertanian pintar (smart farming agriculture).

Menurut Ericsson Mobility Report yang terbaru, akan ada sekitar 29 miliar perangkat terhubung pada tahun 2022, di mana 18 miliar di antaranya akan berhubungan dengan IoT. Pertumbuhan Internet of Things dan jumlah perangkat yang terhubung sangat dipengaruhi oleh kemunculan aplikasi dan model bisnis baru yang didukung oleh standarisasi dan jatuhnya biaya perangkat. Solusi dan implementasi IoT sangat penting karena manfaatnya yang besar seperti volume koneksi yang tinggi, volume lalu lintas data yang kecil, biaya perangkat dan konsumsi energi yang rendah. Sehingga dengan demikian, mendorong semakin banyaknya perangkat yang terhubung dengan tingkat kecerdasan tinggi akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan Indonesia yang digital.

Sumber: Tabloid Pulsa