Enter your keyword

Spirit in Creation: Vent-I, Produk Inovasi Melawan Pandemi Covid19 di Indonesia

Spirit in Creation: Vent-I, Produk Inovasi Melawan Pandemi Covid19 di Indonesia

Spirit in Creation: Vent-I, Produk Inovasi Melawan Pandemi Covid19 di Indonesia

“Saya tidak bisa tinggal di rumah selama penguncian. Saya lebih memilih mati berdiri daripada mati berlutut.” Itulah kata Dr. Syarif Hidayat, M.T., ketua tim Vent-I.

Munculnya Vent-I berawal dari tantangan dan ancaman yang ditimbulkan oleh wabah SARS-Cov2 di Indonesia, pada awal tahun 2020, di mana kita sangat didorong untuk menarik diri secara sosial dan meminimalkan aktivitas di luar rumah.

Salah satu tantangan utama selama pandemi Covid19 adalah peningkatan besar kasus Covid19 sementara pasokan logistik yang diperlukan untuk merawat pasien terbatas. Ini jelas merupakan bencana terutama bagi pasien yang parah dan kritis yang harus segera ditangani.

Oleh karena itu, untuk mengatasi situasi tersebut, tim kecil yang awalnya beranggotakan Dr. Syarief Hidayat, Jam’ah Halid, S.Si. , M.Si., Ir. Hari Utomo dan Ir. Mipi Ananta Kusuma dibentuk pada tanggal 23 Maret 2020 untuk membuat ventilator dan mendapat sambutan yang baik dari berbagai pihak.

Awal pengembangan vent-I ini awalnya didanai oleh Rumah Amal Salman (RAS), sebuah organisasi nirlaba Masjid Salman ITB, kemudian banyak dosen ITB, Profesor Tatacipta Dirgantara, Dr. Sandro Mihrasi, Dr. Sri Raharno , Profesor Trio Adiono dan Adi Indrayanto, Ph.D serta alumni ITB Ir. Hari Tjahjono memutuskan untuk bergabung dengan kelompok tersebut.

Selain itu, proyek ini juga dilakukan oleh dokter dari berbagai bidang keahlian yaitu Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.AnKIC, KMN, M.Kes., Dr. Dadang Rukanta, Sp.OT., dr. Reza Widianto Sudjud, Sp.AnKIC, KAKV, M.Kes., Dr. Rully Herman Sitanggang, Sp.AnKIC, KAP, M.Kes untuk menjamin kualitas ventilator sesuai standar klinis.

Pada akhirnya, rombongan melibatkan para profesional multidisiplin yang berasal dari tiga institusi, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, dan Masjid Salman Lembaga Pendiri ITB (YPM Salman ITB). Sesuai dengan visinya untuk memberdayakan masjid sebagai pusat peradaban, masjid Salman ITB telah disulap menjadi laboratorium tempat berlangsungnya pengembangan Ven-I.

Vent-I, yang awalnya terbuat dari kotak plastik dan selang mesin cuci (Gbr. 1), kini menjelma menjadi produk berkualitas tinggi yang memenuhi persyaratan kesehatan yang ketat. Tim riset dan pengembangan melibatkan relawan mahasiswa lintas disiplin dari berbagai universitas, Institut Teknologi Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Telkom University.

Salah satu relawan, Ashari (ITB 2016) mengatakan, “Saya mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga dengan melakukan penelitian di Vent-I karena saya bertemu dan bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang ilmu, baik sesama mahasiswa maupun staf pengajar dari universitas ternama. Juga, saya berterima kasih kepada orang tua saya karena telah memberi saya restu mereka untuk bergabung dengan tim ini. ”

Melalui proses panjang pengujian produk yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Vent-I berhasil lulus tes pada 22 April 2020. Terlepas dari tugas yang melelahkan, kerja keras tim, didukung oleh pengawasan proaktif dari pihak berwenang, adalah kunci agar Vent-I mencapai standar yang ditetapkan oleh pemerintah tanpa mengurangi kualitasnya.

M. Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, mencoba Vent-I. Dokumentasi Pikiran Rakyat

Fitur utama Vent-I:
a. Mudah digunakan
b. Portabel
c. Ekonomis
d. Aman
e. 100% Produk Nasional

Selain itu, Vent-I telah menjalani uji klinis selama dua minggu di rumah sakit yang berbeda, seperti RSUP Dr. Hasan Sadikin Rumah Sakit Umum Pusat Bandung, Rumah Sakit Advent Bandung, Rumah Sakit Santosa Bandung Pusat, Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan, Tk .II Rumah Sakit Dustira, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Melinda 2, dr. RS rehabilitasi Suyoto Kementerian Pertahanan RI, RSUD Cibabat, dan RS Wisma Atlet.

Beberapa parameter penting diperiksa selama pengujian, seperti pengaruh penggunaan Vent-I terhadap tingkat saturasi oksigen darah pasien (SpO2), denyut nadi dan tekanan darah pasien. Reza menjelaskan, uji klinis menghasilkan perbaikan kondisi pasien. Hal ini terkait dengan peningkatan kadar oksigenasi pasien, sehingga organ berfungsi lebih baik.

Parameter tambahan dinilai, seperti stabilitas Positive End Expiratory Pressure (PEEP), tingkat kenyamanan pasien saat menggunakan mesin, stabilitas mesin dan kelistrikan, tingkat kebisingan mesin. Hasil uji klinis diserahkan ke Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada 13 Mei 2020. Kemudian, Vent-I mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.

Menyikapi hal tersebut, tim penggalangan dana Rumah Amal Salman (RAS) ITB mulai melakukan kampanye besar-besaran untuk mendapatkan dukungan dana. Dengan respon yang sangat besar dari masyarakat, target awal memproduksi 100 ventilator meningkat menjadi 1000 ventilator, didukung oleh 2048 donatur, baik individu, komunitas, maupun perusahaan, mendonasikan lebih banyak lagi, mencapai Rp 12 miliar.

Produksi dimulai dari pertengahan Mei 2020 hingga Juli 2020. Tim produksi harus bekerja sepanjang waktu untuk memproduksi ribuan Vent-I. Bersamaan dengan itu, tiga perusahaan baik yang berasal dari BUMN maupun swasta mulai menggarap produksi skala industri, dibantu oleh mahasiswa dari berbagai institusi, seperti SMK, Poltek, dan Perguruan Tinggi.

Dr. Ir. Syarif Hidayat, M.T. pemimpin tim Vent-I

Secara bersamaan, ventilator Vent-I didistribusikan ke rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menerima umpan balik dari petugas kesehatan karena umpan balik sangat penting untuk meningkatkan kualitas Vent-I. Tim juga mengatur webinar untuk mendidik petugas kesehatan tentang Vent-I.

Terakhir, tim Vent-I mengatur agenda publik untuk mempresentasikan laporan pertanggungjawabannya terkait produksi Vent-I. Itu diatur dalam acara rekreasi pada 24 Juli 2020, bertajuk “Berbagi kemajuan akhir Vent-I”. Vent-I merupakan salah satu produk hasil kolaborasi akademi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media (ABCGM) dengan semangat “Inovasi dan Karya Komunal.

Tulisan oleh: Prof. Suwarno
Terbit di EINA (Electrical Insulation News in Asia)
no. 27, Desember 2020
Terjemah oleh tim STEI ITB