Toronata Tambun: Mengajar Bukan Soal Sistem, Tapi Tentang Mahasiswa
Bandung, stei.itb.ac.id – Dalam rangkaian peringatan 105 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI), salah satu tokoh yang turut menerima penghargaan Ganesa Widya Jasa Utama dari Institut Teknologi Bandung adalah Toronata Tambun — seorang praktisi energi, pendidik, dan sekaligus dosen industri di STEI ITB. Selain menjabat sebagai Founder dan Director Aren Energy Investment Pte Ltd, kiprah Toronata di bidang pendidikan dan pengembangan talenta muda Indonesia telah menjadikannya sosok yang lekat dengan visi pendidikan teknik yang kontekstual, inovatif, dan berdampak.

Saat ditemui usai menerima penghargaan, Toronata menyampaikan pandangan yang mendalam dan reflektif tentang makna penghargaan yang ia terima.
“Saya tidak melihat ini sebagai pengakuan atas pekerjaan masa lalu, tetapi sebagai pengingat bahwa tanggung jawab saya belum selesai,” ujarnya.
“Yang membuat saya tetap terjaga bukanlah sistem, tapi mahasiswa—kegelisahan mereka, tekanan mereka, potensi diam yang mereka bawa.”
Sebagai pendidik yang aktif berinteraksi dengan mahasiswa teknik, Toronata percaya bahwa pemahaman inovasi dan kewirausahaan bukan hanya pelengkap dalam kurikulum, tetapi komponen inti dalam mencetak insinyur masa depan.
“Tanpa kemampuan mengaitkan rancangan teknis dengan kebutuhan nyata masyarakat, mahasiswa hanya belajar teori. Inovasi bukan sekadar penemuan, tapi penemuan yang dikalikan dengan adopsi. Dan di situlah kewirausahaan memainkan peran,” jelasnya.
Namun, ia menekankan bahwa semangat kewirausahaan ini bukan melulu soal mendirikan startup, melainkan tentang membentuk karakter lulusan teknik yang tangguh dan adaptif terhadap tantangan zaman.
“Yang ingin kita hasilkan adalah warga negara yang antifragile — mereka yang bisa menyerap guncangan, beradaptasi, dan tetap memimpin,” tuturnya.

Toronata juga menyoroti tantangan besar dalam membentuk mahasiswa yang inovatif, yang menurutnya bersumber dari budaya pendidikan sejak dini.
“Pendidikan anak usia dini kita masih sering menghambat rasa ingin tahu, keberagaman perspektif, dan keberanian berbeda. Kita cenderung memberi penghargaan pada keseragaman, bukan keberanian untuk berpikir beda. Ketika mahasiswa datang ke perguruan tinggi, mereka sering kali mencari izin, bukan keyakinan,” katanya.
Untuk membalikkan keadaan ini, menurutnya, pendidikan teknik tidak cukup hanya dengan kurikulum yang baik, tetapi juga perlu ruang yang aman, bimbingan yang jujur, dan paparan terhadap ketidakpastian.
Pengalamannya sebagai dosen industri di STEI ITB membuat Toronata yakin bahwa kolaborasi antara industri dan akademisi dapat melahirkan inovasi yang lebih dari sekadar output.

“Ada dua hal kuat di STEI: kepemimpinan yang terbuka — seperti yang dilakukan Dr. Tutun dan timnya — dan mahasiswa yang bukan hanya cerdas, tapi bersedia ditantang. Ketika keduanya bertemu dengan masalah riil dari industri, kolaborasi tidak lagi bersifat simbolik, tapi benar-benar menghasilkan terobosan,” ungkapnya.
Ia melihat potensi besar dalam ekosistem yang diciptakan di STEI ITB, yakni sebagai tempat di mana pemikiran lintas-disiplin, keberanian mencoba hal baru, dan kepedulian sosial dapat hidup berdampingan dalam pendidikan teknik.
Toronata Tambun bukan hanya membawa pengalaman industri ke dalam ruang kelas. Ia membawa nilai-nilai keberanian, tanggung jawab, dan komitmen untuk mendidik generasi yang mampu memimpin dengan kepala, hati, dan aksi. Bagi beliau, masa depan Indonesia tidak akan lahir hanya dari kebijakan — tetapi dari mahasiswa yang berani membangun hal-hal yang belum pernah ada.