Ir. I Gusti Bagus Baskara Nugraha, S.T., M.T., Ph.D.
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Prof. Dr. Jaka Sembiring, M.Eng.
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, M.T.
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Prof. Dr. Suhardi, M.T.
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Abstract
Industri kerajinan tenun di Bali masuk dalam kategori usaha kecil dan mikro yang umumnya dijalankan oleh rumah tangga atau koperasi. Usaha seperti ini memiliki pasar yang spesifik, khususnya hanya di lokal Bali saja, dan produksi tidak dilakukan secara kontinu, hanya berdasarkan pemesanan. Oleh karena itu, kapasitas produksi tidak besar dan kebutuhan tenaga kerja dan bahan baku juga sulit diprediksi. Selain itu, pencatatan ketersediaan produk dan transaksi dilakukan menggunakan kertas dan tidak dilakukan dan diarsipkan secara disiplin sehingga produk tidak terekspos dan terjadi ketidakefisienan.
Sistem pencatatan produk dan transaksi berbasis aplikasi mobile yang tersedia di pasaran telah dicoba diterapkan oleh pengrajin, namun ternyata tidak mudah untuk digunakan dan membuat para pengrajin enggan menggunakannya lagi. Oleh karena itu, dengan pendekatan emphaty dalam design thinking, kami mengusulkan dan mengimplementasikan sebuah sistem pencatatan sederhana yang sesuai dengan kebutuhan pengrajin tenun. Hasil implementasi telah sesuai denga keinginan pengguna. Namun, efektivitasnya masih perlu diuji dalam rentang waktu lama.
Kata Kunci: Tenun, UMKM, Accounting.
Introduction
Industri kerajinan tenun, khususnya di Bali, merupakan salah satu jenis usaha mikro dan kecil (UMKM). Usaha ini ada yang dijalankan sendiri secara perorangan atau skala rumah tangga maupun yang dijalankan oleh pengusaha atau koperasi yang memiliki beberapa mesin produksi. Berbeda dengan industri batik, industri tenun memiliki pasar yang spesifik dengan kekhasan tertentu.
Karena skala produksinya tidak besar, industri tenun di Bali umumnya hanya menerima pesanan dalam volume yang tidak banyak, misalnya dari instansi atau sekolah untuk keperluan pakaian seragam. Kontinuitas produksi juga tidak pasti karena pesanan belum tentu ada setiap saat dan setiap ada pesanan, kuantitasnya tidak bisa banyak. Yang bekerja membuat kain tenun pun biasanya adalah para manula, khususnya Wanita. Selain itu, juga ada masalah ketersediaan benang sebagai bahan baku pembuatan kain tenun. Kapasitas produksi dan penghasilan yang tidak teratur ini membuat keberlanjutan industri ini di masa depan tidak berlanjut.
Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat guna dan sederhana untuk membantu keberlangsungan industri tenun, khususnya di Bali. Saat ini, telah ada berbagai bantuan teknologi, baik perangkat mesin maupun perangkat lunak, untuk membantu pekerjaan pembuatan kain tenun. Namun, perangkat tersebut tidak bertahan lama digunakan karena tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, antara lain tidak sederhana dan ada kesulitan penanganan jika perangkat tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Research Method
Gambar 1 memperlihatkan situasi di bengkel kerja pembuatan kain tenun. Proses penenunan menggunakan alat tradisional, tanpa mesin. Selain ruang kerja tersebut, ada juga ruang galeri untuk etalase produk dan ruang pertemuan dengan pembeli.
Ada beberapa masalah yang menjadi kebutuhan pengguna untuk diselesaikan, antara lain alat pemegang benang berbahan stainless steel agar awet, platform dan manajemen konten untuk pemasaran, dan perangkat lunak sistem pencatatan pemesanan dan penjualan. Dalam konteks kegiatan pengabdian masyarakat ini, bekerja sama dengan dosen Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha di Bali, sistem pencatatan produk dan transaksi dirancang dan diimplementasikan.
Discussion & Result
Gambar 3 menunjukkan dasbor menu utama aplikasi yang dibangun. Aplikasi ini bekerja secara sederhana dengan cara sebagai berikut:
1) Produk kain yang dipesan dicatat di bagian Input Opname
2) Untuk melihat semua produk kain yang ada, dapat dilihat di menu Daftar Produk
3) Jika ada pembelian atau produk sudah dibayar, jumlah transaksi dicatat di menu “Sale”
Aplikasi dibuat sesederhana mungkin, dengan fitur minim dan menggunakan coding library yang sederhana juga agar dapat digunakan di smartphone dengan spesifikasi rendah yang sudah tidak memiliki dukungan pembaharuan sistem operasi.
Namun, ke depan, jika proses bisnis sehari-hari sudah berjalan baik, diperlukan inovasi lain yang dapat membantu pengrajin dalam mempermudah proses produksi, mulai dari desain motif, pemesanan bahan baku, hingga kanal pemasaran. Dalam hal desain, saat ini sudah ada perangkat lunak untuk membantu desain motif, misalnya http://wastrabali.id. Akan tetapi, aplikasi ini hanya dapat digunakan untuk pengguna yang sudah paham menggunakan aplikasi serupa untuk desain gambar. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk memanfaatkan LLM/AI agar pemesan kain dalam memilih dan menentukan motif yang cocok lebih mudah, dan pengrajin juga akan lebih kreatif.
Conclusion
UMKM memerlukan solusi teknologi tepat guna dan sederhana; tidak sulit untuk digunakan dan dipelihara. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini, dengan pendekatan design thinking, sebuah sistem pencatatan (accounting) sederhana untuk UMKM, khususnya pengrajin tenun telah didesain dan diimplementasikan. Namun, perlu waktu relative panjang untuk memvalidasi kebermanfaatan sistem ini untuk pengrajin. Ke depan, sistem perlu dikembangkan untuk membantu otomasi proses bisnis yang lain, seperti penentuan motif menggunakan AI. Hal ini memerlukan pengumpulan data untuk membuat repositori yang baik.