Enter your keyword

Tim Ganeshantuy dan Tim Wetonia Menang Lomba Rancang Sistem Otomasi Bangunan, Proyek Akan Dipamerkan di AS

Tim Ganeshantuy dan Tim Wetonia Menang Lomba Rancang Sistem Otomasi Bangunan, Proyek Akan Dipamerkan di AS

Tim Ganeshantuy dan Tim Wetonia Menang Lomba Rancang Sistem Otomasi Bangunan, Proyek Akan Dipamerkan di AS

Dalam kompetisi internasional itu, para mahasiswa ditantang untuk merancang sebuah sistem agar para pengguna yang berada dalam sebuah bangunan bisa melaporkan isu-isu operasional terkait suhu ruang kepada operator bangunan itu.

Tim Ganeshantuy beranggotakan Calvin Sawaddah dari Teknik Mesin, Rezky Mahesa Nanda dan Ahmad Revo Guci dari Teknik Fisika, Ainun Fitryh Vianiryzki dari Teknik Informatika, serta Hafidza Fara Hapsari dan Valeryn Horlanso dari Teknik Arsitektur.

Mereka merancang sebuah bangunan komersial di Balikpapan yang dilengkapi muka bangunan (façade) yang kinetik sehingga bisa lebih adaptif terhadap iklim.

“Jadi saat pagi dan belum panas, façade kinetiknya terbuka, kemudian saat siang semakin hari semakin panas, façade kinetiknya adaptif bisa menutup sendiri. Ditambah dengan automated system yang dibangun oleh informatik-nya, mungkin bisa menghasilkan desain yang bagus dan berguna,” kata Valeryn.

Bangunan komersial rancangan tim Ganeshantuy ITB dilengkapi facade kinetik yang bisa beradaptasi dengan iklim.

Bangunan itu dilengkapi dengan sistem komputasi yang memungkinkan pengguna memberikan masukan mengenai kenyamanan suhu ruang yang mereka rasakan.

Kedua tim ITB tersebut mendominasi kategori Applied Engineering Challenge yang diadakan ASHRAE atau American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning. Wetonia keluar sebagai juara pertama, disusul Ganeshantuy sebagai juara kedua. Dipandu dosen pembimbing, mereka mengalahkan tim-tim mahasiswa lain dari seluruh dunia, termasuk dari Ekuador dan Mesir.

Bagi Calvin pengalamannya mengikuti kompetisi ini memberinya pelajaran berharga yaitu pentingnya kolaborasi. “Setelah ikut lomba ini saya mikirnya mesin sendiri itu tidak bisa apa-apa, jadi mereka harus berkolaborasi dengan bidang-bidang lain untuk menghasilkan suatu hasil tertentu. Kalau sendiri ngga bisa apa-apa.”

Sebagian besar kerja kelompok dilakukan secara daring di tengah pandemi virus corona dan aturan karantina wilayah.

id_IDIndonesian