Dr. Hamonangan Situmorang, S.T, M.T. : AI dan IoT Kunci Pembelajaran di Era Industri 5.0
Bandung, stei.itb.ac.id – Transformasi menuju era Industri 4.0 dan 5.0 menuntut dunia pendidikan untuk beradaptasi cepat terhadap kemajuan teknologi digital. Dalam konteks tersebut, pengenalan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) sejak jenjang pendidikan menengah menjadi langkah strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan industri masa depan.
Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Dr. Hamonangan Situmorang, S.T., M.T., Ketua Laboratorium Telematika, Kelompok Keahlian Telekomunikasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, dalam kegiatan Workshop Pengembangan AI dan IoT di Dunia Pendidikan yang diselenggarakan pada 14 Oktober 2025 di Aula SMK Wiraswasta Cimahi, dan diikuti oleh para pendidik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Pengenalan teknologi AI dan IoT sejak di SMK sangat penting karena keduanya merupakan pilar utama dalam era Industri 4.0 dan jembatan menuju Industri 5.0,” ujar Dr. Hamonangan. “Siswa SMK tidak hanya perlu memahami teori, tetapi juga bagaimana teknologi ini digunakan secara langsung di dunia kerja, misalnya pada sistem otomasi, smart manufacturing, hingga predictive maintenance.”
Menurutnya, pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil yang mampu beradaptasi dengan transformasi digital industri. Melalui pembelajaran berbasis proyek dan simulasi, siswa dapat berlatih berpikir seperti teknisi industri modern — tidak sekadar memperbaiki mesin setelah rusak, tetapi juga mencegah kerusakan dengan memanfaatkan data sensor dan analisis berbasis AI.
Menanggapi kesiapan sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia dalam mengadopsi teknologi AI dan IoT, Dr. Hamonangan menilai bahwa langkah ke arah tersebut sudah mulai terlihat, meski masih memerlukan penguatan di beberapa aspek seperti kurikulum, infrastruktur, dan kompetensi guru. “Beberapa SMK sudah mulai memiliki laboratorium IoT sederhana berbasis Arduino atau ESP32. Ini langkah baik, namun adopsinya perlu diperluas dan distandardisasi. Dukungan pelatihan guru dan kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi kunci agar pembelajaran benar-benar relevan dengan kebutuhan industri,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa program nasional seperti Merdeka Belajar memberikan ruang besar bagi pengembangan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yang sangat mendukung eksperimen dan implementasi sistem AI serta IoT di lingkungan SMK.
Lebih lanjut, Dr. Hamonangan menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah menengah dalam membangun ekosistem pendidikan berbasis teknologi yang berkelanjutan. “Kami di STEI ITB berharap kolaborasi ini tidak berhenti pada pelatihan atau sosialisasi semata. Perguruan tinggi dapat menjadi pusat riset dan inovasi, sementara sekolah menengah menjadi ujung tombak implementasi. Dengan demikian, kita menciptakan rantai pembelajaran teknologi nasional yang saling terhubung,” ujarnya.
Menurutnya, pendekatan ini akan memungkinkan siswa SMK belajar langsung dari kasus nyata di industri serta membuka peluang bagi mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan riset terapan yang berdampak sosial dan ekonomi.
Melalui kegiatan seperti Workshop Pengembangan AI dan IoT di Dunia Pendidikan, STEI ITB berkomitmen memperkuat kapasitas guru dan siswa dalam memahami, mensimulasikan, dan mengimplementasikan teknologi digital di tingkat sekolah. “Harapan kami, inisiatif ini menjadi bagian dari gerakan nasional untuk melahirkan generasi teknolog muda Indonesia yang tidak hanya cakap menggunakan teknologi, tetapi juga mampu menciptakan inovasi baru untuk kemajuan bangsa,” tutup Dr. Hamonangan.