Generative AI (seri ke-4 dari serial tulisan tentang AI)
Perkembangan AI terkini, khususnya Deep Learning, sudah/sedang/akan merambah banyak bidang. Yang terakhir adalah apa yg disebut sebagai Generative AI atau AI Generative Content. Dengan generative AI pengguna dapat menginputkan teks dan menghasilkan puisi, musik, desain, lukisan dan lain-lain yang sesuai dengan input teks yang diberikan oleh pengguna. Contoh untuk ini adalah DALL-E dari OpenAI, sebuah model deep learning yang menerima input berbentuk teks dan menghasilkan output berupa gambar sesuai dengan permintaan pengguna. Misalnya pengguna dapat meminta DALL-E untuk melukis seseorang dengan gaya lukisan Rembrandt melalui teks, dan DALL-E akan menghasilkan output berupa beberapa lukisan manusia yang menyerupai atau sangat mirip dengan gaya melukis Rembrandt. Contoh yg lain adalah MusicLM dari Google dimana pengguna bisa memasukkan input berupa teks mengenai musik yang diminta untuk dibuatkan dan outputnya berupa musik sesuai dengan yang diminta oleh pengguna. Misalnya pengguna bisa menuliskan “Slow tempo, bass-and-drums-led reggae song. Sustained electric guitar. High-pitched bongos with ringing tones. Vocals are relaxed with a laid-back feel, very expressive”, dan MusicLM dapat membangkitkan audio musik dan suara vokal sesuai dengan karakteristik yg diminta oleh pengguna ini. Perkembangan AI ini juga dikenal sebagai Large Multimodal Model, yang pada dasarnya adalah model AI yang dapat membangkitkan modalitas tertentu (teks, gambar, video, audio) sebagai output dari input yang berbentuk modalitas tertentu yang lain. GPT-4 yang baru dirilis oleh OpenAI pada 23 Maret, 2023, dan merupakan pengembangan lebih lanjut dari Chat-GPT, juga merupakan Large Multimodal Model karena bisa memproses input berupa gambar dan outputnya berupa teks sesuai dengan gambar yang diberikan pengguna. Misalnya pengguna bisa memberikan suatu foto yg mengandung gambar yg aneh lalu kita menanyakan ke GPT-4 apa yang lucu/aneh dari foto ini, dan GPT-4 dapat menunjukkan hal yg aneh dari foto tersebut dengan menggunakan teks. Banyak dari teknologi Generative AI ini didasarkan pada pengembangan Deep Learning yang berbasis pada Transformers dan Generative Adversarial Networks yang dilatih dengan data set yang bersifat multi-modal.
Perkembangan terbaru AI ini tentu saja sangat bermanfaat dan membantu kita dalam membuat/menghasilkan lukisan, desain, musik dan lain-lain. Belum pernah terbayangkan sebelumnya bahwa sekarang kita dapat menginputkan teks dan AI akan menghasilkan karya kreatif sesuai yg diminta di teks ini. Sebagian besar teknologi/aplikasi yang berbasis pada Generative AI ini masih belum sangat bagus kinerjanya atau beroperasi pada ranah/topik yg terbatas, tetapi dapat dipastikan akan semakin bagus dalam beberapa tahun kedepan, seiring dengan perbaikan model/algoritma AI, termasuk kemungkinan melibatkan human feedback dalam proses pelatihan, dan semakin banyaknya dataset yg dilatihkan untuk dipelajari oleh model AI.
Pada sisi yg lain perkembangan Generative AI ini telah menimbulkan perdebatan dan kekhawatiran beberapa kalangan, misalnya terkait dengan hak-cipta dan lainnya. Beberapa tools AI yg menghasilkan gambar/lukisan bahkan sudah mulai dituntut di pengadilan oleh beberapa seniman/pelukis kenamaan karena model AI-nya dilatih dengan menggunakan gambar-gambar yang tersebar di Internet, termasuk lukisan-lukisan dari para pelukis terkenal ini tanpa ijin. DeepFake yg dapat menghasilkan foto/video/audio yang terlihat seolah-olah asli tetapi sebenarnya palsu (dibuat oleh AI) adalah contoh lain yg mengkhawatirkan di tangan orang yg tidak bertanggung-jawab. Etika AI memang sangat diperlukan saat ini bagi semua stake-holders. Perkembangan AI telah menimbulkan kekhawatiran dan concern bagi banyak pihak. Sebagai catatan terkait dg hal ini, para pengembang GPT-4 sebenarnya telah berusaha meminimalkan pengaruh negatif dari prompt/query yg diberikan oleh pengguna. Misalnya bila ada pertanyaan yg membahayakan atau menyudutkan kelompok tertentu atau bersifat sangat sensitif, GPT-4 akan menolak untuk memberikan jawaban dan mengemukakan alasannya. Sebagai catatan tambahan, kami di Korika (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial) sedang bekerjasama dengan Unesco untuk mensosialisasikan Etika AI di Indonesia dengan mempertimbangkan bahwa teknologi AI disamping manfaatnya yang luar biasa bagi peradaban dan kemanusiaan, pada sisi lain juga dapat membahayakan, tidak aman, dan bias terhadap kelompok minoritas. Implikasi negatif dari teknologi AI inilah yg perlu diminimalisir dan bila memungkinkan dihilangkan melalui prinsip-prinsip yang tertuang dalam Etika AI.
Bandung 26 Maret, 2023
Bambang Riyanto T.