Tim Mahasiswa ITB Jadi Delegasi Tunggal dalam Ajang Internasional “CaseIT 2017” di Kanada
BANDUNG, itb.ac.id – Kembali membuktikan eksistensinya sebagai world class university, Institut Teknologi Bandung tidak bosan-bosannya mencetak berbagai prestasi gemilang dalam kancah internasional. Belum genap satu bulan di tahun 2017, mahasiswa ITB kembali menjadi satu-satunya delegasi dari Indonesia dalam ajang “CaseIT 2017” yang digelar oleh Simon Fraser University di Vancouver, Kanada pada Selasa-Jumat (14-17/02/17) mendatang.
CaseIT merupakan lomba business case tahunan berskala internasional yang dirancang untuk menemukan strategi IT case analysis terbaik yang telah digelar sejak tahun 2004 oleh Simon Fraser University, Kanada. Ajang yang diperuntukkan bagi mahasiswa S1 dengan pengetahuan sistem manajemen informasi yang kuat ini telah memasuki tahun ke-13 dan pada tahun ini ITB diwakili oleh satu tim dari program studi Sistem dan Teknologi Informasi (STI) yang terdiri dari 3 mahasiswa yaitu Neyssa Nathania (STI 2013), Nadhira Afriani (STI 2012), serta Muhammad Ibrahim Al Muwahidan (STI 2012). Ketiganya akan bertandang dalam CaseIT 2017 di Vancouver, Kanada melawan 10 negara lainnya yaitu Amerika, Kanada, Singapura, Australia, China, Hongkong, Denmark, Belgia, Hungaria dan Meksiko.
“Kami memperoleh informasi tentang CaseIT itu dari undangan yang dikirimkan kepada pihak prodi,” ujar Neyssa. Undangan yang dilayangkan pada program studi Sistem dan Teknologi ini tentunya dilatarbelakangi oleh track record yang baik dari STI dalam eksistensinya di ajang Business-IT Case internasional. Pasalnya, di tahun 2016, salah satu perwakilan dari STI berhasil menggondol juara 3 dalam ajang internasional APEX Business-IT Case Global Challenge di Singapore Management University, Singapura.
Disamping itu, capaian prestasi yang diraih oleh pesertanya sendiri juga patut membuat ITB berbangga. Nadhira Afriani atau yang kerap disapa Afi ini telah berhasil menjuarai berbagai perlombaan seperti Juara 3 APEX Business-IT Case Competition 2016, Juara 1 National Business Case Competition 2016, serta memperoleh predikat mahasiswa terbaik STI ITB 2015. Muhammad Ibrahim Al Muwahidan yang akrab disapa Wahid ini juga telah menorehkan banyak prestasi seperti Juara 1 Busines IT-Case Competition 2015 dan menjadi delegasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) pada ASEAN Undergraduate Summit, National University of Singapore, 2016. Serta Neyssa Nathania yang akrab disapa Neyssa ini juga telah meraih banyak prestasi dalam ajang Business-IT Case yang dapat dilihat dari keberhasilannya meraih Juara 1 Business IT-Case Competition 2016, Best Speaker of Business-IT Case Competition 2016, dan Juara 3 Business IT-Case Technology Euphoria 2016.
Setelah lolos dari seleksi internal yang diadakan oleh program studi STI sendiri, tim yang beranggotakan Afi, Wahid dan Neyssa ini memperoleh bimbingan langsung dari Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, M.T. selaku dosen STEI ITB. Ketiganya mengaku telah melakukan banyak persiapan mulai dari latihan presentasi di depan rekan-rekannya sesama mahasiswa, presentasi di depan dosen, hingga penggalangan dana sponsorship.
Penggalangan dana ini perlu dilakukan karena pihak penyelenggara lomba sama sekali tidak menanggung biaya transportasi dan tempat tinggal bagi para peserta lomba. Perlombaan yang akan berlangsung pada Selasa-Jumat (14-17/02/17) mendatang ini tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit, oleh karena itu persiapan yang ketiganya lakukan juga bukan sekedar mempersiapkan materi yang akan dilombakan namun juga mempersiapkan dana yang mereka butuhkan untuk berangkat, tinggal dan kembali pulang ke Indonesia. Hingga saat ini, pihak sponsor yang telah berpartisipasi memberikan dukungan dana adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Huawei Indonesia, Mitratel, Bukalapak, PT Indosat Tbk, Pertamina Bina Medika (Pertamedika), PT. Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma), Bank BJB, PT Pos Indonesia, PT Semen Indonesia dan PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin).
Bagi Neyssa dan Wahid, CaseIT 2017 kali ini merupakan kali pertama mereka mengikuti ajang internasional. Neyssa menuturkan, “Jujur saya ngerasa gugup karena ini pertama kalinya, tekanan juga pasti ada karena kami membawa nama program studi sekaligus ITB, tapi di sisi lain saya merasa bersyukur karena ini merupakan kesempatan berharga yang nggak semua orang bisa dapat.”
“Kalau saya gugup sih ada, tapi saya lebih ingin merasakan kompetisi internasional itu seperti apa. Apalagi nanti orang-orang yang kami hadapi kan native speaker jadi ya takut aja bahasa inggris masih terdengarbelepotan dan tidak jelas bagi para juri. Apalagi kami juga harus menghadapi musim dingin jadi saya cukup khawatir jika itu akan mengganggu kesehatan kami karena belum terbiasa. Jadi banyak hal yang harus dipikirkan sih,” ungkap Wahid.
Menjadi delegasi tunggal dari ITB sekaligus Indonesia, tentunya ada banyak hal yang ketiganya harap dapat dicapai dengan baik. Bagi Afi sendiri yang sebelumnya pernah mengikuti perlombaan internasional dalam APEX Business-IT Case Global Challenge, “Sebetulnya tujuan utama kami mengikuti lomba ini adalah untuk benchmarking. Karena prodi kami masih baru, jadi kami berangkat selain dalam rangka mengikuti lomba, juga untuk mengamati standar yang dipakai disana itu seperti apa, sehingga nantinya kami bisa berbagi kepada adik-adik tingkat. Kami juga berharap kesempatan ini dapat menjadi pembuka jalan bagi mereka jika ingin mengikuti lomba-lomba internasional kedepannya,” tutup Afi.